Sabtu, 07 Januari 2017

AKAL DAN HATI PADA ZAMAN FILSAFAT MODERN DENGAN ALIRAN RENAISSANCE DAN RASIONALISME



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dunia barat pada zaman sekarang dibanding dengan dunia barat pada zaman dahulu sangat berbeda jauh. Karena pada zaman sebalum terjadinya sebuah kejadian luar biasa yang kita kenal dengan renaissance, dunia barat dalam keadaaan gelap gulita (Dark Age) tanpa ada cahaya pengetahuan sedikitpun. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat dibatasi oleh gereja, sehingga pada masa itu, manusia berfikir secara sempit dan terbatas oleh aturan-aturan gereja. Dapat kita bayangkan bahwa pada zaman itu pemikiran manusia tidak dapat berkembang bebas dan maju dengan pesat.
Gerakan renaissance  merupakan sebuah gerakan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan dan kemajuan manusia pada zaman itu hingga zaman sekarang. Dengan adanya gerakan ini manusia mempunyai kebebasan dalam mengembangkan diri dalam segala aspek dan segi tidak hanya dalam segi keagamaan saja, tetapi juga dalam segi ilmu pengetahuan, seni, budaya, penjelajahan, filsafat, dan berbagai macam disiplin ilmu lainnya. Pada zaman ini pula berkembang faham-faham pemikiran yang akan mempengaruhi bentuk pemikiran manusia pada zaman mendatang. Faham-faham itu meliputi rasionalisme, empirisme, idealisme, materealisme, dan posotivisme.
Begitu besarnya pengaruh renaissance dalam kemajuan peradaban manusia sehingga kita diruntut untuk dapat memahami semangat dan spirit yang ada pada gerakan ini, sehingga kita tidak hanya mengapresiasi gerakan tersebut, tetapi mampu  mengaplikasikan semanagat dan spirit itu dalam kehidupan kita sehari-hari menuju zaman yang lebih baik. Karena pentingnya pembahasan mengenai zaman renaissance bagi perkembangan peradaban manusia, maka kami akan membahas mengenai latar belakang zaman renaissance, tokoh-tokoh jaman renaissance dan jasa-jasa renaissance bagi perkembangan peradaban manusia. Selengkapnya KLIK DISINI

PSIKOLOGI PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.  Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa :  yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki.
Manusia pun berkembang dalam memahami nilai-nilai yang ada dalam kehidupan bermasyarakat maupun nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas.  Pemahaman tentang nilai-nilai ini akan menuntun perilaku manusia ke arah yang seharusnya, sesuai dengan tuntutan masyarakat, dan tuntutan hati nurani yang berkembang seiring dengan kematangan super ego (menurut Freud). 
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu belajar.
Bimbingan adalah proses bantuan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri, dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh seorang konselor terhadap individu guna mengatasi masalah atau mengoptimalisasi potensi yang dimiliki.



B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari perkembangan?
2.      Bagaimana ciri-ciri perkembangan?
3.      Apa tujuan atau kegunaan mempelajari psikologi perkembangan?
4.      Apa hal – hal yang mempengaruhi perkembangan manusia?
5.      Bagaimana hukum-hukum perkembangan konvergensi, hukum masa peka serta hukum bertahan dan mengembangkan diri?
6.      Bagaiamana mengajar yang efektif?
7.       Apa yang domaksud bimbingan dan konseling?
8.       Bagaimana peran psikologi dalam bimbingan dan konseling?

C.    Tujuan Penulisan  
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian dari perkembangan.
2.      Mengetahui ciri-ciri perkembangan.
3.      Mengetahui tujuan atau kegunaan mempelajari psikologi perkembangan.
4.      Mengetahui hal – hal yang mempengaruhi perkembangan manusia.
5.      Mengetahui hukum-hukum perkembangan konvergensi, hukum masa peka serta hukum bertahan dan mengembangkan diri.
6.      Mengetahui mengajar yang efektif.
7.      Mengetahui pengertian bimbingan dan konseling.
8.      Mengetahui peran psikologi dalam bimbingan dan konseling.

BAB II
PEMBAHASAN
                           
Para ahli psikologi sering mempelajari laju perkembangan yang “khas” pada usia berapakah anak pada umumnya mulai berbicara, berapa cepatkan pembendaraan kata meningkat bersaman dengan meningkatnya umur[1]. Perkembangan menunjukkan adanya perubahan, adanya masa yang dilalui, menunjukkan suatu proses.  Proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia.  Perkembangan mengacu pada perubahan sepanjang waktu selama manusia hidup (change over times). Perkembangan menunjukkan perubahan yang sifatnya progresif.

A.  Pengertian Perkembangan Menurut Beberapa Ahli
  1. Lois Hoffman cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah proses yang terjadi dalam diri individu sepanjang kehidupan.
  2. Lerner berpendapat bahwa perkembangan menunjukkan perubahan yang sistematik atau terorganisir dalam diri individu.
  3. Mussen cs  mengungkapkan bahwa perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada fisik, struktur neurologis, perilaku, traits, yang terjadi secara teratur dan masuk akal, dan menghasilkan yang baru, yang lebih baik, lebih sehat, lebih terorganisir, lebih stabil, lebih kompleks, lebih kompeten, dan lebih efisien.
  4. E. Hurlock menjelaskan perkembangan sebagai seri perubahan yang progresif yang terjadi sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.
  5. Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi seseorang menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan[2].
  6. secara umum dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu.





B.  Ciri-ciri Perkembangan
Perkembangan memiliki beberapa ciri, yaitu:
  1. Kontinu (berkesinambungan).  Perkembangan berlangsung melewati jam, hari, bulan, dan tahun.  Sebagai contoh, menjadi remaja tidak terjadi dalam waktu singkat, tetapi melalui proses perubahan yang terjadi bertahun-tahun setelah lahir.  Perkembangan terjadi berkesinambungan sepanjang hidup manusia, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman masa anak tidak secara kaku menentukan kehidupan manusia selamanya.
  2. Kumulatif. Perkembangan dibangun berdasarkan apa yang terjadi sebelumnya atau tersusun sebelumnya. Bagaimana seorang anak atau dewasa berespon dan apa yang mereka pelajari sekarang tergantung pada apa yang mereka alami di masa sebelumnya.
  3. Mempunyai arah.   Perkembangan bergerak ke arah yang lebih kompleks.  Bayi tumbuh menjadi anak terlebih dahulu baru kemudian menjadi dewasa.  Bayi meraih bola dengan tangan terbuka, seiring dengan bertambah usia maka otot, saraf, dan tulang menjadi matang, sehingga seorang anak dapat dengan mudah menangkap bola.
  4. Diferensiasi.  Pada perkembangan terjadi perbedaan yang semakin halus.  Bayi sulit membedakan antara apa yang dilihat, pikiran, perasaan, dan tindakan, dengan bertambah usia maka anak bisa membedakan apa yang mereka lihat, apa yang mereka  rasakan, yang mereka pikirkan, dan yang mereka lakukan.
  5. Terorganisir.   Ketrampilan-ketrampilan lambat laun akan terintegrasi.  Bayi secara perlahan-lahan mampu mengatur dan mengontrol perilakunya.   Bayi belajar mengatur fungsi persepsi dan motoriknya untuk meraih benda dengan tepat.  Orang dewasa belajar mengatur dan mengontrol tugas-tugas yang bervariasi dalam pekerjaan dan keluarganya.
  6. Holistik.  Setiap aspek dalam perkembangan, apakah itu fisik, kognitif, atau sosial, bergantung satu sama lain, dan setiap perkembangan merupakan hasil interaksi dari aspek-aspek tersebut.  Sebagai contoh, anak berbicara bila tenggorokan, mulut, dan otak sudah mencapai kematangan.

C. Tujuan atau Kegunaan Mempelajari Psikologi Perkembangan
Adapun tujuan atau kegunaan mempelajari Psikologi Perkembangan, adalah:
  1. Menggambarkan perubahan yang terjadi pada manusia berdasarkan usia dan pengalaman dalam pertumbuhan fisik, berpikir, dan kepribadian. Contohnya, apabila kita melihat perilaku tantrum yang ditunjukkan oleh anak usia 4 tahun maka kita menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang wajar, karena pada usia tersebut anak mulai menunjukkan keinginannya yang harus dipenuhi dan belum mampu menunda pemenuhan keinginannya tersebut.   Berbeda dengan jika perilaku tersebut ditunjukkan oleh anak yang berusia 12 tahun maka perilaku tersebut dapat dikatakan tidak sesuai dengan usianya dan menunjukkan indikasi permasalahan tertentu[3].
  2. Membandingkan manusia dari berbagai latar belakang.  Manusia dengan latar belakang pengasuhan yang berbeda atau manusia dengan perbedaan  biologis tertentu, dan perbedaan-perbedaan tersebut memberikan gambaran tentang perbedaan individu.
  3. Menjelaskan perubahan-perubahan perkembangan dan keurutan menurut prinsip, aturan, teori, dan mekanisme. Seperti keurutan pada saat anak belajar berjalan, belajar berhitung.
  4. Memprediksi pola perkembangan, sehingga dapat ditemukan cara mengontrolnya, dan memungkinkan diberikannya intervensi.  Intervensi  dapat  meningkatkan kualitas hidup manusia. Contohnya, ketika seorang bayi yang sedang digendong telapak kakinya terlihat “layu”, hal tersebut dapat menjadi prediktor anak akan mengalami kesulitan pada saat belajar berjalan. Agar anak dapat belajar berjalan dengan baik, orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter atau mengikutsertakan anak dalam terapi.
  5. Menghubungkan penemuan-penemuan dari psikologi perkembangan dengan disiplin ilmu yang lain.



D. Hal – hal yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Dalam perkembangan manusia ada beberapa aliran atau pendapat antara lain :
1.      Aliran Empirisme yaitu pribadi manusia itu ditentukan oleh faktor dari luar. Teorinya disebut tabularasa. Pandangan ini dipelopori oleh john locke
2.      Aliran nativisme yaitu bahwa yang membentuk manusia itu berbentuk atau berasal dari faktor dalam. Aliran ini dipelopori oleh yean yaques R
3.      Aliran konvergensi bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh faktor dasar dan ajar. Aliran ini dipelopori oleh W. stern[4].

E.  Hukum-Hukum Perkembangan
Menurut hasil penelitian para ahli ternyata perkembangan berlangsung menurut hukum-hukum perkembangan tertentu.  Hukum-hukum perkembangan itu terdiri dari:
  1. Hukum Konvergensi.  William Stern mengungkapkan bahwa perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh unsur lingkungan dan bawaan.  Proporsi dari ke dua unsur itu bervariasi.  Pengaruh unsur bawaan dan lingkungan bisa sama kuatnya, atau salah satu dari unsur itu lebih kuat pengaruhnya terhadap perkembangan dibandingkan unsur yang lainnya. Pandangan pendidikan di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer, yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaannya. Aliran ini lebih dikenal dengan istilah aliran pesimis. Paham nativisme tidak berthan lama, karena pada abad ke-19 munculah paham baru yang dikenal denghan faham empirisme yang dipelopori oleh Jhon Locke. Ia memperkenalkan teori tabbularasa. Aliran ini sekrang lebih dikenal dengan istilah aliran optimis. William Stern mencoba menggabungkan dua pendapat di atas kedalam hukum konvergensi yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan unsur bawaan. Proporsi dari ke dua unsur itu bervariasi. Pengaruh unsur bawaan dan lingkungan bisa sama kuatnya, atau salah satu dari unsur itu lebih kuat pengaruhnya terhadap perkembangan dibandingkan unsur yang lainnya[5].
Contoh, mengajarkan konsep mengenai burung pada anak usia 5 tahun dengan down syndrome akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak usia 5 tahun dengan taraf kecerdasan rata-rata.






  1. Hukum Masa peka.  Masa peka adalah suatau masa dimana sesuatu berfungsi sedemikian baik perkembanganya. Masa peka merupakan suatu masa yang paling tepat untuk berkembang, suatu fungsi kejiwaan atau fisik seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tidak berjalan secara serempak atau bersamaan antara yang satu dengan yang lainnya, seperti halnya: masa peka untuk berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar akhir tahun pertama. Hal ini kalau kita cermati hamper mirip dengan hokum ritme perkembangan.Tiap-tiap fungsi psikis mempunyai waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya.  Prof. Hugo de Vries memperkenalkan masa peka ini dalam ilmu biologi, yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi psikis menonjolkan diri ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang.  Sebagai contoh, anak usia 2 bulan tidak bisa diajar untuk berjalan karena anak tidak berada dalam masa pekanya. Hal tersebut akan berbeda dengan anak usia 10 bulan yang diajar berjalan.  Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan  oleh Maria Montessori.  Menurut Montessori masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi psikis mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan.  Misalnya anak usia 3 sampai 5 tahun merupakan masa yang baik sekali untuk mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya.

  1. Hukum Bertahan dan mengembangkan diri.  Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri.  Dorongan mempertahankan diri misalnya dorongan untuk makan bila lapar, dan dorongan mengembangkan diri nampak  pada hasrat anak untuk mengenal lingkungannya, berusaha untuk berjalan, bermain dan lain sebagainya. Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan pembawaan. Untuk anak-anak dorongan untuk mengembangkan diri dari berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha belajar berjalan, kegiatan bermain dan lain-lain. Dikalangan dewasa timbul rasa persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang tercapai. Hal ini dapat dianggap sebagai dorongan mengembangkan diri.

K. Mengajar yang Efektif
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat tejadi apabila guru mengajar menggunakan prinsip-prinsip mengajar.
Menurut Slameto, (2003:  94-97) Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Konteks
Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks be1ajar itu sendiri .. Situasi problematis yang mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena tujuan itu sendiri.
b.    Fokus
Proses mengajar harus dilakukan secara fokus agar mencapai hasil yang diinginkan atau sesuai tujuan.
c.    Sosialisasi
Kondisi sosial pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang berlangsung di kelas itu. Sehingga seorang guru harus mampu bersosialisasi dengan siswa.
d.   Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya.
e.    Urutan
Guru harus mempertimbangkan efektivitas dari serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya.
f. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Usaha belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur intergral di dalam organisasi belajar yang wajar.
Menurut Dr. Hj. Nurwanita Z.,M.Ag.(2003:126-127) mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses mengajar. Tetapi proses belajar yang bagaimana dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk tuntutan itu guru harus membantu, maka pada waktu guru mengajar harus efektif. Bagaimana mengajar yang dapat membawa siswa yang efektif pula. Berarti belajar disini adalah berarti mencari, menemukan, dan melihat pokok masalah. Siswa berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa bila seseorang memiliki motorskill atau dapat menciptakan puisi atau simponim maka dia telah menghasilkan masalah dan menemukan kesimpulan.
Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat- syarat sebagai berikut:
1.      Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Didalam belajar siswa harus mengalami aktifitas mental, misalnya belajar dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis, kemampuan menganalisa, kemampuan mengucapkan pengetahuan dan sebagainya, tetapi juga mengalami aktifitas jasmani seperti mengerjakan sesuatu, menyusun intisari pembelajaran, membuat peta, dan lain- lain.
2.      Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan banyak penyajian, bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa.
3.      Motivasi, hal ini sangat berperan dalam kemajuan perkembangan anak selanjutnya melalui proses belajar.
4.      Kurikulum yang baik dan seimbang, kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat, Jika kurikulum itu baik dan seimbang.
5.      Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak hanya cukup hanya merencanakan pembelajaran klasikal karena masing- masing anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi misalnya, intelegensi, bakat, ingkah laku, sikap. Hal ini mengharuskan guru membuat perencanaan secara individual pula, agar dapat mengembangkan kemampuan anak agar dapat mengembangkan kemampuan anak secara individual.
6.      Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar dengan persiapan mengajar guru akan mantap didepan kelas.
7.      Pengaruh sugestif dari guru perlu diberikan, sugesti yang kuat akan lebih merangsang anak giat belajar.
8.      Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid- muridnya juga masalah- masalah yang timbul waktu proses belajar mengajar berlangsung.
9.      Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah,lingkungan,yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan anak, bertenggang rasa, member kesempatan kepada anak untuk belajar sendiri, berpendapat sendiri.
10.  Pada penyajian bahan pelajaran pada anak guru perlu memberikan masalah- masalah yang merangsang anak untuk belajar.
11.  Semua pelajaran yang diberikan pada anak perlu diintegrasikan, sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisahkan pada system pelajaran yang memberikan pelajaran secara tertentu.
12.  Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata dimasyarakat, bentuk- bentuk kehidupan dimana masyarakat dibawa kesekolah agar anak mempelajarinya sesuai kenyataan.
13.  Dalam interaksi belajar mengajar guru harus banyak member kebebasan pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri.
14.  Pengajaran remedial. Banyak factor yang menjadi penyebab kesulitan belajar. Guru perlu meneliti factor itu, agar dapat memberikan diagnosa kesulitan belajar dan menganalisa kesulitan- kesulitan itu.





L. Pengertian Bimbingan dan Konseling
          Sebagaimana yang sudah kita ketahui bersama bahwasannya secara terminologi bimbingan dan konseling itu terdiri dari dua kata, yaitu bimbingan yang merupakan terjemahan dari “guidance” dan konseling  yang berasal dari kata “conseling” [6]
1.              Pengertian Bimbingan
          Prayitno dan Emran Amril mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh oranng yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, agar orang yang dapat mengembangan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan dengan norma-norma yang berlaku. Selanjutnya Miller mengemukakan bahwa bimbingan adalah sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum disekolah, keluarga dan masyarakat. Pengertian bimbingan yang telah dikemukakan oleh Prayitno, Emran dan Winkel senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya yang dikutip oleh Ermis Suryana didalam bukunya Bimbingan dan Konseling Di Sekolah yaitu, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian bimbingan diatas, maka dapat diambil kesimpulan  bahwa bimbingan adalah  suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan kepada seseorang atau peserta didik agar orang-orang yang dibimbing dapat memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya serta dapat merealisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat) [7].
2.      Pengertian Konseling
Seperti yang telah kita pahami bahwasannya yang disebut dengan konseling adalah usaha membantu klien atau anak didik secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sensiri terhadap persoalan atau masalah khusus. Menurut Leona E. Tylor, yang dikutip Fenti Hikmawati, ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip-prinsip konseling, yaitu:
a.       Konseling tidak sama dengan pemberian nasehat ( advicement  ).
b.      Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-pola hidup.
c.       Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
d.      Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual.
e.       Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.

M.  Peran Psikologi Dalam Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari atau mengkaji sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaannya. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling aspek psikologis tidak boleh diabaikan, karena peran psikologi dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah memberikan pemahaman tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini sesuai dengan bidang garapan bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu, tingkah laku klien, tingkah laku klien disini yaitu, tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya[8].
            Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, seorang konselor itu harus betul-betul memahami tingkah laku klien atau anak didiknya, karena setiap individu atau anak didik itu memiliki tingkah laku yang beranekaragam. Dengan memahami tingkah laku individu atau klien dengan tepat maka akan mempermudah konselor dalam memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Berdasarkan hal ini peran psikologi dalam bimbingan dan konseling yaitu:
1.      Psikologi sebagai metode dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh klien.
2.      Psikologi sebagai diagnosis masalah yang tepat sesuai dengan karakter klien dan kejiwaan klien.
3.      Psikologi sebagai motivator kepada klien untuk tumbuh dan berkembang secara mandiri dalam menghadapi masalah sendiri.
4.      Psikologi sebagai pengevaluasi atas solusi masalah yang dihadapi klien, sudah secara maksimal atau belum.
Ada beberapa kajian psikologi yang harus dikuasai oleh konselor dalam proses bimbingan dan konseling, yaitu:
1.    Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang untuk berprilaku, baik itu motif primer ( Kebutuhan yang dimiliki individu semenjak lahir) maupun motif skunder ( Motif yang terbentuk dari hasil belajar ).
Motif yang telah berkembang pada individu dapat diaktifkan dan digerakkan, baik dalam diri individu (motivasi intrinstik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku instrumen atau aktifitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan
2.    Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir yang mencakup psiko dan fisik. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda, dan pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan  dan mengoptimalkannya bergantung pada lingkungan dimana  individu itu berada.
Menurut F.B. Hurlock, yang dikutip oleh Ermis Suryana, konselor perlu memandang apa-apa yang terdapat didalam pembawaan sebagai modal atau asetyang harus ditumbuh kembangkan secara optimal. Jadi konselor itu harus memahami seberapa besar modal atau aset ( potensi ) yang dimiliki oleh klien atau anak didik dan mengupayakan pengaturan lingkungan untuk mengembangkan aset itu sambil meningkatkan motivasi klien untuk berbuat searah dengan penumbuh-kembangkan asetnya itu.
3.      Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa prenatal sampai akhir hayatnya. Tugas-tugas perkembangan individu dibentuk dan dipengaruhi oleh dorongan biologis dan kultural.
Dalam menjalankan tugasnya konselor menghadapi individu-individu yang sedang berkembang, maka dari itu. konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individunya, sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa depan., serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan.
4.      Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup, tanpa belajar seseorang tidak dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan mengembangkan kemnusiannya.  Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang bari itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.  Hasil yang diperoleh dari belajar hendaknya dapat diketahui dan diukur untuk mengetahui seberapa jauh kesuksesannya dalam upaya belajar[9].





BAB III
PENUTUP

Para ahli dalam mengamati perkembangan anak, seakan - akan ada aturan tertentu, seghingga cenderung mengatakan aturan sebagai hukum yaitu :
  1. Hukum tempo perkembangan artinya anak mempunyai tempo yang berlainan pada fase satu dengan fase lain
  2. Hukum irama pengembangan, anak dalam pengembangan itu mempunyai iram sendiri – sendiri, ada yang lambat ada yang cepat
  3. Hukum konvergensi, dalam perkembanganya anak itu terjadi dari pengaruh luar dan dalam
  4. Hukum masa peka, dalam mengalami perkembangan tertentu pada sampai puncaknya
  5. Hukum kesatuan organis, perkembangan meliputi psiko-fisis dan sosial individu
  6. Hukum predistinasi, perkembangan itu terjadi karena kehendak kodrat.

Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya faktor-faktor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik.

Tugas bidang layanan bimbingan dan konseling adalah memberikan pelayanan agar siswa memeroleh kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Kedudukan bimbingan dan konseling juga sangatlah penting. Jadi, bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam proses pendidikan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan, yaitu perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan potensi masing-masingpeserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson Richard C, Rita L. Atkinson, 1997, Pengantar Psikologi, Jakarta: Erlangga.

Awalya, dkk. 2013. Bimbingan & Konseling. Semarang: Unnes Press.

Djiwandoro, Sri Esti Wuryani, 2002, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Grasindo.

Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran,. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Mugiarso, Heru dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.

Nurwanita Z. 2003. Psikologi Pendidikan. Yayasan Pendidikan Makassar(YAPMA): Makassar

Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, 2005, Psikologi Perkembangan,  PT Rineka Cipta.

Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-Faktor Belajar yang Mempengaruhi. Jakarta: R Cipta.

Soemanto. Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Supriyono Widodo, Abu Ahmadi, 2004, Psikologi Belajar, Edisi Revisi, PT Rineka Cipta.




[1] Adkinson Richard c, Rita L. Atkomson, Pengantar Psikologi I , Jakarta : Erlangga, 1997 hlm 85
[2] Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005 hlm 03
[4] Supriyono Widodo, Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004 hlm 49
[5] Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005 hlm 24
[6] Awalya, dkk. Bimbingan & Konseling. Semarang: Unnes Press, 2013, hlm. 32.
         [7] Mugiarso, Heru dkk. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press, 2009, hlm. 54

         [8] Awalya, dkk. Bimbingan & Konseling. Semarang: Unnes Press, 2013, hlm. 33.

         [9] Mugiarso, Heru dkk. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press, 2009, hlm. 56

AKAL DAN HATI PADA ZAMAN FILSAFAT MODERN DENGAN ALIRAN RENAISSANCE DAN RASIONALISME

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Masalah Dunia barat pada zaman sekarang dibanding dengan dunia barat pada zaman dahulu...