BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik
bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman. Kesepakatan para ahli
menyatakan bahwa : yang dimaksud dengan
perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih
maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana
proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki.
Manusia
pun berkembang dalam memahami nilai-nilai yang ada dalam kehidupan bermasyarakat
maupun nilai-nilai yang berkaitan dengan moralitas. Pemahaman tentang nilai-nilai ini akan
menuntun perilaku manusia ke arah yang seharusnya, sesuai dengan tuntutan
masyarakat, dan tuntutan hati nurani yang berkembang seiring dengan kematangan
super ego (menurut Freud).
Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan
oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah,
seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa
dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh
guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu mengelola proses
pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau dan mampu
belajar.
Bimbingan adalah proses bantuan kepada
seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri, dan mengembangkan
diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara oleh seorang konselor
terhadap individu guna mengatasi masalah atau mengoptimalisasi potensi yang
dimiliki.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1.
Apa pengertian dari perkembangan?
2.
Bagaimana ciri-ciri perkembangan?
3.
Apa tujuan atau kegunaan
mempelajari psikologi perkembangan?
4.
Apa hal – hal yang mempengaruhi perkembangan
manusia?
5.
Bagaimana hukum-hukum perkembangan
konvergensi, hukum masa peka
serta hukum bertahan dan mengembangkan
diri?
6.
Bagaiamana mengajar yang efektif?
7.
Apa yang
domaksud bimbingan
dan konseling?
8.
Bagaimana peran psikologi dalam bimbingan dan
konseling?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut
:
1.
Mengetahui pengertian dari perkembangan.
2.
Mengetahui ciri-ciri perkembangan.
3.
Mengetahui tujuan atau kegunaan mempelajari psikologi perkembangan.
4.
Mengetahui hal – hal yang mempengaruhi perkembangan manusia.
5.
Mengetahui hukum-hukum perkembangan
konvergensi, hukum masa peka
serta hukum bertahan dan mengembangkan
diri.
6.
Mengetahui mengajar yang efektif.
7.
Mengetahui pengertian bimbingan dan konseling.
8.
Mengetahui peran psikologi dalam bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
Para ahli psikologi sering
mempelajari laju perkembangan yang “khas” pada usia berapakah anak pada umumnya
mulai berbicara, berapa cepatkan pembendaraan kata meningkat bersaman dengan
meningkatnya umur. Perkembangan
menunjukkan adanya perubahan, adanya masa yang dilalui, menunjukkan suatu
proses. Proses yang terjadi sepanjang
kehidupan manusia. Perkembangan mengacu
pada perubahan sepanjang waktu selama manusia hidup (change over times). Perkembangan menunjukkan perubahan yang
sifatnya progresif.
A. Pengertian Perkembangan
Menurut Beberapa Ahli
- Lois Hoffman cs mengungkapkan bahwa perkembangan adalah proses
yang terjadi dalam diri individu sepanjang kehidupan.
- Lerner berpendapat bahwa perkembangan menunjukkan perubahan
yang sistematik atau terorganisir dalam diri individu.
- Mussen cs mengungkapkan
bahwa perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada fisik, struktur
neurologis, perilaku, traits, yang terjadi secara teratur dan masuk akal,
dan menghasilkan yang baru, yang lebih baik, lebih sehat, lebih
terorganisir, lebih stabil, lebih kompleks, lebih kompeten, dan lebih
efisien.
- E. Hurlock menjelaskan perkembangan sebagai seri perubahan
yang progresif yang terjadi sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman
dengan tujuan memampukan individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.
- Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr.
A.M.P. Knoers perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi seseorang
menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan.
- secara umum dapat dikatakan
bahwa perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan
terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu.
B. Ciri-ciri Perkembangan
Perkembangan memiliki beberapa ciri,
yaitu:
- Kontinu (berkesinambungan). Perkembangan berlangsung melewati jam,
hari, bulan, dan tahun.
Sebagai contoh, menjadi remaja tidak terjadi dalam waktu singkat,
tetapi melalui proses perubahan yang terjadi bertahun-tahun setelah
lahir. Perkembangan terjadi
berkesinambungan sepanjang hidup manusia, hal ini menunjukkan bahwa
pengalaman masa anak tidak secara kaku menentukan kehidupan manusia
selamanya.
- Kumulatif. Perkembangan dibangun
berdasarkan apa yang terjadi sebelumnya atau tersusun sebelumnya.
Bagaimana seorang anak atau dewasa berespon dan apa yang mereka pelajari
sekarang tergantung pada apa yang mereka alami di masa sebelumnya.
- Mempunyai arah. Perkembangan bergerak ke arah yang
lebih kompleks. Bayi tumbuh
menjadi anak terlebih dahulu baru kemudian menjadi dewasa. Bayi meraih bola dengan tangan terbuka, seiring
dengan bertambah usia maka otot, saraf, dan tulang menjadi matang,
sehingga seorang anak dapat dengan mudah menangkap bola.
- Diferensiasi. Pada perkembangan terjadi perbedaan yang
semakin halus. Bayi sulit
membedakan antara apa yang dilihat, pikiran, perasaan, dan tindakan,
dengan bertambah usia maka anak bisa membedakan apa yang mereka lihat, apa
yang mereka rasakan, yang mereka
pikirkan, dan yang mereka lakukan.
- Terorganisir. Ketrampilan-ketrampilan lambat laun
akan terintegrasi. Bayi
secara perlahan-lahan mampu mengatur dan mengontrol perilakunya. Bayi belajar mengatur fungsi persepsi
dan motoriknya untuk meraih benda dengan tepat. Orang dewasa belajar mengatur dan
mengontrol tugas-tugas yang bervariasi dalam pekerjaan dan keluarganya.
- Holistik. Setiap aspek dalam perkembangan, apakah
itu fisik, kognitif, atau sosial, bergantung satu sama lain, dan
setiap perkembangan merupakan hasil interaksi dari aspek-aspek
tersebut. Sebagai contoh, anak
berbicara bila tenggorokan, mulut, dan otak sudah mencapai kematangan.
C. Tujuan atau Kegunaan Mempelajari Psikologi Perkembangan
Adapun tujuan atau kegunaan
mempelajari Psikologi Perkembangan, adalah:
- Menggambarkan
perubahan yang terjadi pada manusia berdasarkan usia dan pengalaman dalam
pertumbuhan fisik, berpikir, dan kepribadian. Contohnya, apabila kita
melihat perilaku tantrum yang ditunjukkan oleh anak usia 4 tahun maka kita
menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang wajar, karena pada usia
tersebut anak mulai menunjukkan keinginannya yang harus dipenuhi dan belum
mampu menunda pemenuhan keinginannya tersebut. Berbeda dengan jika perilaku tersebut
ditunjukkan oleh anak yang berusia 12 tahun maka perilaku tersebut dapat
dikatakan tidak sesuai dengan usianya dan menunjukkan indikasi
permasalahan tertentu.
- Membandingkan
manusia dari berbagai latar belakang.
Manusia dengan latar belakang pengasuhan yang berbeda atau manusia
dengan perbedaan biologis tertentu,
dan perbedaan-perbedaan tersebut memberikan gambaran tentang perbedaan
individu.
- Menjelaskan
perubahan-perubahan perkembangan dan keurutan menurut prinsip, aturan,
teori, dan mekanisme. Seperti keurutan pada saat anak belajar berjalan,
belajar berhitung.
- Memprediksi
pola perkembangan, sehingga dapat ditemukan cara mengontrolnya, dan
memungkinkan diberikannya intervensi.
Intervensi dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Contohnya, ketika seorang bayi yang sedang digendong telapak kakinya
terlihat “layu”, hal tersebut dapat menjadi prediktor anak akan mengalami
kesulitan pada saat belajar berjalan. Agar anak dapat belajar berjalan
dengan baik, orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter atau
mengikutsertakan anak dalam terapi.
- Menghubungkan
penemuan-penemuan dari psikologi perkembangan dengan disiplin ilmu yang
lain.
D. Hal – hal yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Dalam perkembangan manusia
ada beberapa aliran atau pendapat antara lain :
1. Aliran Empirisme yaitu pribadi manusia
itu ditentukan oleh faktor dari luar. Teorinya disebut tabularasa. Pandangan
ini dipelopori oleh john locke
2. Aliran nativisme yaitu bahwa yang
membentuk manusia itu berbentuk atau berasal dari faktor dalam. Aliran ini
dipelopori oleh yean yaques R
3. Aliran konvergensi bahwa perkembangan
manusia itu dipengaruhi oleh faktor dasar dan ajar. Aliran ini dipelopori oleh
W. stern.
E. Hukum-Hukum Perkembangan
Menurut hasil penelitian
para ahli ternyata perkembangan berlangsung menurut hukum-hukum perkembangan
tertentu. Hukum-hukum perkembangan itu
terdiri dari:
- Hukum Konvergensi. William Stern mengungkapkan bahwa
perkembangan yang dialami anak dipengaruhi oleh unsur lingkungan
dan bawaan. Proporsi dari ke dua
unsur itu bervariasi. Pengaruh
unsur bawaan dan lingkungan bisa sama kuatnya, atau salah satu dari unsur
itu lebih kuat pengaruhnya terhadap perkembangan dibandingkan unsur yang
lainnya. Pandangan pendidikan di
masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu
dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut
kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu dikuasai oleh
aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer, yang
berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaannya. Aliran ini lebih dikenal
dengan istilah aliran pesimis. Paham
nativisme tidak berthan lama, karena pada abad ke-19 munculah paham baru
yang dikenal denghan faham empirisme yang dipelopori oleh Jhon Locke. Ia
memperkenalkan teori tabbularasa. Aliran ini sekrang lebih dikenal dengan
istilah aliran optimis. William
Stern mencoba menggabungkan dua pendapat di atas kedalam hukum konvergensi
yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak
adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan unsur bawaan. Proporsi dari ke
dua unsur itu bervariasi. Pengaruh unsur bawaan dan lingkungan bisa sama
kuatnya, atau salah satu dari unsur itu lebih kuat pengaruhnya terhadap
perkembangan dibandingkan unsur yang lainnya.
Contoh, mengajarkan konsep mengenai burung pada anak usia
5 tahun dengan down syndrome akan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak usia 5 tahun dengan
taraf kecerdasan rata-rata.
- Hukum Masa peka. Masa peka adalah suatau masa
dimana sesuatu berfungsi sedemikian baik perkembanganya. Masa peka
merupakan suatu masa yang paling tepat untuk berkembang, suatu fungsi
kejiwaan atau fisik seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tidak
berjalan secara serempak atau bersamaan antara yang satu dengan yang
lainnya, seperti halnya: masa peka untuk berjalan bagi seorang anak itu
pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar akhir tahun pertama. Hal
ini kalau kita cermati hamper mirip dengan hokum ritme perkembangan.Tiap-tiap fungsi psikis mempunyai
waktunya untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. Prof. Hugo de Vries memperkenalkan masa
peka ini dalam ilmu biologi, yaitu suatu masa ketika fungsi-fungsi psikis
menonjolkan diri ke luar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang
datang. Sebagai contoh, anak usia 2
bulan tidak bisa diajar untuk berjalan karena anak tidak berada dalam masa
pekanya. Hal tersebut akan berbeda dengan anak usia 10 bulan yang diajar
berjalan. Masa peka diperkenalkan
dalam dunia pendidikan oleh Maria
Montessori. Menurut Montessori masa
peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi psikis mudah sekali
dipengaruhi dan dikembangkan.
Misalnya anak usia 3 sampai 5 tahun merupakan masa yang baik sekali
untuk mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya.
- Hukum Bertahan dan mengembangkan
diri. Dorongan yang pertama adalah
dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan
mengembangkan diri. Dorongan
mempertahankan diri misalnya dorongan untuk makan bila lapar, dan dorongan
mengembangkan diri nampak pada
hasrat anak untuk mengenal lingkungannya, berusaha untuk berjalan, bermain
dan lain sebagainya. Dalam
perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan
pembawaan. Untuk anak-anak dorongan untuk mengembangkan diri dari
berbentuk hasrat mengenal lingkungan, usaha belajar berjalan, kegiatan
bermain dan lain-lain. Dikalangan
dewasa timbul rasa persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang
tercapai. Hal ini dapat dianggap sebagai dorongan mengembangkan diri.
K. Mengajar
yang Efektif
Mengajar
efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat
mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang
menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.
Kondisi yang dimaksudkan hanya dapat tejadi apabila guru mengajar menggunakan
prinsip-prinsip mengajar.
Menurut Slameto, (2003: 94-97) Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Konteks
Belajar, sebagian besar tergantung pada konteks
be1ajar itu sendiri .. Situasi problematis yang mencakup tugas untuk belajar
hendaknya dinyatakan dalam kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa
bagi pelajar dan melibatkan siswa menjadi peserta yang aktif, justru karena
tujuan itu sendiri.
b. Fokus
Proses mengajar harus dilakukan secara fokus
agar mencapai hasil yang diinginkan atau sesuai tujuan.
c. Sosialisasi
Kondisi sosial
pada suatu kelas banyak sekali pengaruhnya terhadap proses belajar yang sedang
berlangsung di kelas itu. Sehingga seorang guru harus mampu bersosialisasi
dengan siswa.
d. Individualisasi
Dalam mengorganisasi belajar mengajar guru
memperhatikan taraf kesanggupan siswa dan merangsangnya untuk menentukan bagi
dirinya sendiri apa yang dapat dilakukan sebaik-baiknya.
e. Urutan
Guru harus mempertimbangkan efektivitas dari
serangkaian pelajaran yang disusun secara tepat menurut waktu atau urutannya.
f. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk meneliti hasil
dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat
pada proses belajar itu. Usaha belajar yang efektif dan sukses ditambah oleh
evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengenai pada semua aspek belajar.
Evaluasi merupakan bagian mutlak dari pengajaran sebagai unsur intergral di dalam
organisasi belajar yang wajar.
Menurut Dr. Hj. Nurwanita Z.,M.Ag.(2003:126-127)
mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses mengajar. Tetapi proses
belajar yang bagaimana dalam belajar siswa menghendaki hasil belajar yang
efektif bagi dirinya. Untuk tuntutan itu guru harus membantu, maka pada waktu
guru mengajar harus efektif. Bagaimana mengajar yang dapat membawa siswa yang
efektif pula. Berarti belajar disini adalah berarti mencari, menemukan, dan
melihat pokok masalah. Siswa berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat
bahwa bila seseorang memiliki motorskill atau dapat menciptakan puisi atau
simponim maka dia telah menghasilkan masalah dan menemukan kesimpulan.
Untuk melaksanakan mengajar yang efektif
diperlukan syarat- syarat sebagai berikut:
1.
Belajar
secara aktif baik mental maupun fisik. Didalam belajar siswa harus mengalami
aktifitas mental, misalnya belajar dapat mengembangkan kemampuan
intelektualnya, kemampuan berfikir kritis, kemampuan menganalisa, kemampuan
mengucapkan pengetahuan dan sebagainya, tetapi juga mengalami aktifitas jasmani
seperti mengerjakan sesuatu, menyusun intisari pembelajaran, membuat peta, dan
lain- lain.
2.
Guru
harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Variasi metode
mengakibatkan banyak penyajian, bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa.
3.
Motivasi,
hal ini sangat berperan dalam kemajuan perkembangan anak selanjutnya melalui
proses belajar.
4.
Kurikulum
yang baik dan seimbang, kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat, Jika
kurikulum itu baik dan seimbang.
5.
Guru
perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak hanya cukup hanya
merencanakan pembelajaran klasikal karena masing- masing anak mempunyai
perbedaan dalam beberapa segi misalnya, intelegensi, bakat, ingkah laku, sikap.
Hal ini mengharuskan guru membuat perencanaan secara individual pula, agar
dapat mengembangkan kemampuan anak agar dapat mengembangkan kemampuan anak
secara individual.
6.
Guru
akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar dengan
persiapan mengajar guru akan mantap didepan kelas.
7.
Pengaruh
sugestif dari guru perlu diberikan, sugesti yang kuat akan lebih merangsang
anak giat belajar.
8.
Seorang
guru harus memiliki keberanian menghadapi murid- muridnya juga masalah- masalah
yang timbul waktu proses belajar mengajar berlangsung.
9.
Guru
harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah,lingkungan,yang
saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan anak, bertenggang rasa, member
kesempatan kepada anak untuk belajar sendiri, berpendapat sendiri.
10. Pada penyajian bahan pelajaran pada
anak guru perlu memberikan masalah- masalah yang merangsang anak untuk belajar.
11. Semua pelajaran yang diberikan pada
anak perlu diintegrasikan, sehingga anak memiliki pengetahuan yang
terintegrasi, tidak terpisahkan pada system pelajaran yang memberikan pelajaran
secara tertentu.
12. Pelajaran disekolah perlu dihubungkan
dengan kehidupan yang nyata dimasyarakat, bentuk- bentuk kehidupan dimana
masyarakat dibawa kesekolah agar anak mempelajarinya sesuai kenyataan.
13. Dalam interaksi belajar mengajar guru
harus banyak member kebebasan pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri,
mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri.
14. Pengajaran remedial. Banyak factor
yang menjadi penyebab kesulitan belajar. Guru perlu meneliti factor itu, agar
dapat memberikan diagnosa kesulitan belajar dan menganalisa kesulitan-
kesulitan itu.
L. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana yang
sudah kita ketahui bersama bahwasannya secara terminologi bimbingan dan
konseling itu terdiri dari dua kata, yaitu bimbingan yang merupakan
terjemahan dari “guidance” dan konseling yang berasal dari
kata “conseling”
1.
Pengertian
Bimbingan
Prayitno dan Emran
Amril mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh oranng yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu,
agar orang yang dapat mengembangan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan dengan norma-norma yang berlaku. Selanjutnya Miller mengemukakan
bahwa bimbingan adalah sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum
disekolah, keluarga dan masyarakat. Pengertian bimbingan
yang telah dikemukakan oleh Prayitno, Emran dan Winkel senada dengan pengertian
bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya yang dikutip oleh Ermis
Suryana didalam bukunya Bimbingan dan Konseling Di Sekolah yaitu, bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
keluarga serta masyarakat. Dari beberapa pendapat mengenai pengertian bimbingan
diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan kepada
seseorang atau peserta didik agar orang-orang yang dibimbing dapat memahami
dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya serta dapat merealisasikan
dirinya sesuai dengan kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan
lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat).
2. Pengertian Konseling
Seperti yang telah kita pahami bahwasannya yang
disebut dengan konseling adalah usaha membantu klien atau anak didik secara
tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sensiri
terhadap persoalan atau masalah khusus. Menurut Leona E. Tylor, yang dikutip
Fenti Hikmawati, ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan
prinsip-prinsip konseling, yaitu:
a. Konseling tidak sama dengan pemberian nasehat ( advicement
).
b. Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang
berkenaan dengan pola-pola hidup.
c. Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan
atau tindakan.
d. Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan
intelektual.
e. Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang
lain.
M. Peran Psikologi Dalam Bimbingan dan Konseling
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa psikologi adalah
disiplin ilmu yang mempelajari atau mengkaji sikap dan tingkah laku manusia
sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaannya. Dalam kegiatan bimbingan dan
konseling aspek psikologis tidak boleh diabaikan, karena peran psikologi dalam
kegiatan bimbingan dan konseling adalah memberikan pemahaman tingkah laku
individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini sesuai dengan bidang garapan
bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu, tingkah laku klien, tingkah laku
klien disini yaitu, tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia
hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya.
Dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling, seorang konselor itu harus betul-betul
memahami tingkah laku klien atau anak didiknya, karena setiap individu atau
anak didik itu memiliki tingkah laku yang beranekaragam. Dengan memahami
tingkah laku individu atau klien dengan tepat maka akan mempermudah konselor
dalam memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
Berdasarkan hal ini peran psikologi dalam bimbingan dan konseling yaitu:
1. Psikologi sebagai metode dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh
klien.
2. Psikologi sebagai diagnosis masalah yang tepat sesuai dengan karakter klien
dan kejiwaan klien.
3. Psikologi sebagai motivator kepada klien untuk tumbuh dan berkembang secara
mandiri dalam menghadapi masalah sendiri.
4. Psikologi sebagai pengevaluasi atas solusi masalah yang dihadapi klien,
sudah secara maksimal atau belum.
Ada beberapa kajian psikologi yang harus dikuasai
oleh konselor dalam proses bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang
menggerakkan seseorang untuk berprilaku, baik itu motif primer ( Kebutuhan yang
dimiliki individu semenjak lahir) maupun motif skunder ( Motif yang terbentuk
dari hasil belajar ).
Motif yang telah berkembang pada individu dapat
diaktifkan dan digerakkan, baik dalam diri individu (motivasi intrinstik)
maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku
instrumen atau aktifitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan
2. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan
faktor-faktor yang membentuk individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang
dibawa sejak lahir yang mencakup psiko dan fisik. Pembawaan dan lingkungan
setiap individu akan berbeda-beda, dan pembawaan pada dasarnya bersifat
potensial yang perlu dikembangkan dan mengoptimalkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu berada.
Menurut F.B. Hurlock, yang dikutip oleh Ermis
Suryana, konselor perlu memandang apa-apa yang terdapat didalam pembawaan
sebagai modal atau asetyang harus ditumbuh kembangkan secara optimal. Jadi
konselor itu harus memahami seberapa besar modal atau aset ( potensi ) yang dimiliki
oleh klien atau anak didik dan mengupayakan pengaturan lingkungan untuk
mengembangkan aset itu sambil meningkatkan motivasi klien untuk berbuat searah
dengan penumbuh-kembangkan asetnya itu.
3. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses
tumbuh dan berkembangnya individu yang merentang sejak masa prenatal sampai
akhir hayatnya. Tugas-tugas perkembangan individu dibentuk dan dipengaruhi oleh
dorongan biologis dan kultural.
Dalam menjalankan tugasnya konselor menghadapi
individu-individu yang sedang berkembang, maka dari itu. konselor harus
memahami berbagai aspek perkembangan individunya, sekaligus dapat melihat arah
perkembangan individu itu di masa depan., serta keterkaitannya dengan faktor
pembawaan.
4. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat
mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk hidup, tanpa belajar seseorang
tidak dapat mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar
manusia mampu berbudaya dan mengembangkan kemnusiannya. Inti perbuatan
belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang
sudah ada pada diri individu. Penguasaan yang bari itulah tujuan belajar dan
pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang diperoleh dari belajar
hendaknya dapat diketahui dan diukur untuk mengetahui seberapa jauh
kesuksesannya dalam upaya belajar.
BAB III
PENUTUP
Para ahli dalam mengamati perkembangan
anak, seakan - akan ada aturan tertentu, seghingga cenderung mengatakan aturan
sebagai hukum yaitu :
- Hukum tempo perkembangan artinya anak mempunyai
tempo yang berlainan pada fase satu dengan fase lain
- Hukum irama pengembangan, anak dalam pengembangan
itu mempunyai iram sendiri – sendiri, ada yang lambat ada yang cepat
- Hukum konvergensi, dalam perkembanganya anak itu
terjadi dari pengaruh luar dan dalam
- Hukum masa peka, dalam mengalami perkembangan
tertentu pada sampai puncaknya
- Hukum kesatuan organis, perkembangan meliputi
psiko-fisis dan sosial individu
- Hukum predistinasi, perkembangan itu terjadi
karena kehendak kodrat.
Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif
merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang
dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu
memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu
serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
mereka. Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan
suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu
melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk
menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya faktor-faktor
pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar,
fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan
peserta didik.
Tugas
bidang layanan bimbingan dan konseling adalah memberikan pelayanan agar siswa
memeroleh kesejahteraan lahir batin dalam proses pendidikan yang sedang
ditempuhnya. Kedudukan bimbingan dan konseling juga sangatlah penting. Jadi,
bimbingan dan konseling merupakan salah satu bagian yang terintegrasi dalam
proses pendidikan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan, yaitu
perkembangan siswa secara optimal sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, dan
potensi masing-masingpeserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson Richard C, Rita L. Atkinson,
1997, Pengantar Psikologi, Jakarta: Erlangga.
Awalya, dkk. 2013. Bimbingan
& Konseling. Semarang: Unnes Press.
Djiwandoro, Sri Esti Wuryani, 2002, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT.
Grasindo.
Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan
Pembelajaran,. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mugiarso, Heru dkk. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press.
Nurwanita Z. 2003. Psikologi Pendidikan. Yayasan
Pendidikan Makassar(YAPMA): Makassar
Sholeh Munawar, Abu Ahmadi, 2005, Psikologi Perkembangan, PT Rineka Cipta.
Slameto. 1995.Belajar dan Faktor-Faktor
Belajar yang Mempengaruhi. Jakarta: R Cipta.
Soemanto. Wasty. 1998. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Supriyono Widodo, Abu Ahmadi, 2004, Psikologi Belajar, Edisi Revisi,
PT Rineka Cipta.
Awalya, dkk. Bimbingan & Konseling. Semarang:
Unnes Press, 2013, hlm.
32.
Mugiarso,
Heru dkk. Bimbingan dan
Konseling. Semarang: UPT UNNES Press, 2009, hlm. 54
Awalya, dkk. Bimbingan & Konseling. Semarang:
Unnes Press, 2013, hlm.
33.
Mugiarso,
Heru dkk. Bimbingan dan
Konseling. Semarang: UPT UNNES Press, 2009, hlm. 56